Jakarta (Pinmas)-- Menteri Agama Suryadharma Alie menilai, gerakan radikal Negara Islam Indonesia (NII) yang berkembang saat ini sangat sistematis dan intensif. Gerakan tersebut bahkan fokus merekrut mahasiswa, yang menjadi generasi penerus bangsa.
Sejalan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Suryadharma mengatakan, gerakan NII tak bisa dibiarkan."Itu gerakan bawah tanah. Kita harus basmi gerakannya," kata Suryadharma kepada para wartawan di sela-sela acara Musrenbang Nasional 2011 di Gedung Bidakara, Jakarta, Kamis (28/4/2011).
Kementerian Agama, kata Suryadharma, akan memanggil kepala-kepala kantor wilayah di daerah-daerah, kepala-kepala lembaga pendidikan di bawah tanggung jawab kementeriannya, dan pondok pesantren. Pada pertemuan tersebut, para pimpinan kanwil, lembaga pendidikan, serta pesantren akan diberikan sosialisasi soal bahaya NII.
"Kami akan sampaikan bahwa gerakan NII sudah sangat memprihatinkan dan tak menutup kemungkinan gerakan itu masuk ke lembaga pendidikan yang mereka pimpin," kata Suryadharma.
Dia menambahkan, Kemenag dalam waktu dekat akan bertemu dengan UIN Syarif Hidayatullah terkait penelitiannya soal radikalisasi. Baru-baru ini UIN Syarif Hidayatullah melakukan penelitian soal radikalisasi terhadap sejumlah guru agama dan murid di beberapa sekolah. Kesimpulannya, pendidikan agama di sekolah turut menumbuhkembangkan sikap intoleransi.
"Kementerian Agama akan mengundang pihak UIN untuk mendengarkan secara seksama mengenai penelitiannya, metodologi, pertanyaannya, dan sekolah di mana yang diteliti. Dengan demikian, akan mudah diketahui siapa gurunya. Ini mudah bagi Kementerian Agama untuk menyelidiki," kata Suryadharma.
Jika terbukti ada guru agama, utamanya yang berasal dari Kementerian Agama, mengajarkan kekerasan, yang bersangkutan akan dijatuhi sanksi hingga pemecatan. Suryadharma mengatakan, pihaknya takkan meninjau ulang materi ajaran agama di lembaga-lembaga pendidikan di bawah tanggung jawab kementeriannya.
"Kurikulum tak ada masalah. Jangan curigai kurikulumnya, tinggal siapa yang mengajari kurikulumnya. Kurikulum itu ibarat mobil, bisa dipakai untuk berbuat kebaikan atau kejahatan, tergantung sopirnya," katanya.(kompas.com)
Sejalan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Suryadharma mengatakan, gerakan NII tak bisa dibiarkan."Itu gerakan bawah tanah. Kita harus basmi gerakannya," kata Suryadharma kepada para wartawan di sela-sela acara Musrenbang Nasional 2011 di Gedung Bidakara, Jakarta, Kamis (28/4/2011).
Kementerian Agama, kata Suryadharma, akan memanggil kepala-kepala kantor wilayah di daerah-daerah, kepala-kepala lembaga pendidikan di bawah tanggung jawab kementeriannya, dan pondok pesantren. Pada pertemuan tersebut, para pimpinan kanwil, lembaga pendidikan, serta pesantren akan diberikan sosialisasi soal bahaya NII.
"Kami akan sampaikan bahwa gerakan NII sudah sangat memprihatinkan dan tak menutup kemungkinan gerakan itu masuk ke lembaga pendidikan yang mereka pimpin," kata Suryadharma.
Dia menambahkan, Kemenag dalam waktu dekat akan bertemu dengan UIN Syarif Hidayatullah terkait penelitiannya soal radikalisasi. Baru-baru ini UIN Syarif Hidayatullah melakukan penelitian soal radikalisasi terhadap sejumlah guru agama dan murid di beberapa sekolah. Kesimpulannya, pendidikan agama di sekolah turut menumbuhkembangkan sikap intoleransi.
"Kementerian Agama akan mengundang pihak UIN untuk mendengarkan secara seksama mengenai penelitiannya, metodologi, pertanyaannya, dan sekolah di mana yang diteliti. Dengan demikian, akan mudah diketahui siapa gurunya. Ini mudah bagi Kementerian Agama untuk menyelidiki," kata Suryadharma.
Jika terbukti ada guru agama, utamanya yang berasal dari Kementerian Agama, mengajarkan kekerasan, yang bersangkutan akan dijatuhi sanksi hingga pemecatan. Suryadharma mengatakan, pihaknya takkan meninjau ulang materi ajaran agama di lembaga-lembaga pendidikan di bawah tanggung jawab kementeriannya.
"Kurikulum tak ada masalah. Jangan curigai kurikulumnya, tinggal siapa yang mengajari kurikulumnya. Kurikulum itu ibarat mobil, bisa dipakai untuk berbuat kebaikan atau kejahatan, tergantung sopirnya," katanya.(kompas.com)